Tidaklah mengherankan, jika para pemimpin Bala Keselamatan telah melihat bahwa kepulauan ini mempunyai kemungkinan sangat besar untuk perluasan pekerjaan Bala Keselamatan. Oeh karena itu, pada tanggal 24 November 1894, Jenderal William Booth - Pembangun Bala Keselamatan mengutus para opsir perintis dari negara Belanda untuk membuka pekerjaan Bala Keselamatan di Indonesia.
Asal mulanya perintah itu adalah sebagai berikut. Pada musim panas di tahun 1894, seorang opsir Bala Keselamatan yang berkebangsaan Belanda bernama Ensign Adolf van Emmerik mengunjungi London dan memberikan keterangan yang sangat berharga serta saran Bala Keselamatan memulai pekerjaannya di Indonesia. Sebelum menjadi opsir ia pernah beberapa tahun menetap di pulau Jawa. Sebagai kelanjutan dari kunjungan Adolf van Emmerik, Jenderal mengutus Kapten Jacob Gerrit Brouwer serta Ensign Adolf van Emmerik ke Hindia Belanda (sebutan bagi Indonesia pada waktu itu). Mereka berangkat dari Amsterdam pada bulan Oktober dan tiba di Indonesia pada hari Jumat, 24 November 1894 di Tanjung Priok. Sebelum kedua perintis tersebut meninggalkan negeri Belanda, maksud dan tujuan mereka telah didengar oleh pemerintah Hindia Belanda. Karena merasa takut akan gangguan yang akan timbul Pemerintah Hindia Belanda mengajukan keberatan serta mengirimkan kawat kepada Pemerintah Pusat di Belanda agar melarang keberangkatan kedua opsir tersebut ke Jawa.
Dalam suatu wawancara dengan Menteri Urusan Tanah Jajahan Belanda, Komisioner Elvin Oliphant (Pemimpin Bala Keselamatan di negeri Belanda pada waktu itu) menjelaskan maksud dan tujuan Bala Keselamatan yang sama sekali tidak mencampuri urusan politik. Akhirnya Pemerintah Pusat di negeri Belanda mengirimkan kawat sebagai jawaban kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, agar jangan merasa takut dan khawatir dengan kedatangan kedua opsir Bala Keselamatan itu.Dalam pertemuan dengan Gubernur Jenderal, mereka mendapat banyak saran serta petunjuk.sesuai dengan petunjuk Gubernur Jenderal, mereka memilih Purwokerto di Jawa Tengah sebagai tempat permulaan. Kemudian kedua perintis itu merasa yakin bahwa tempat yang paling baik untuk memulai pekerjaan mereka ialah Sapuran, sebuah desa kira-kira 50 km dari kota Purwokerto.Untuk kelancaran pekerjaan, mereka mempelajari bahasa dan adat istiadat penduduk setempat. Segera kedua orang muda ini mendapat kepercayaan dari penduduk setempat. Dengan cara serta peralatan yang sederhana, mereka mulai mengabarkan Injil, merawat orang sakit, memberi makan kepada mereka yang lapar serta mengajar para pemuda-pemudi.
Oleh karena permintaan dari beberapa keluarga yang beragama Kristen, maka untuk pertama kalinya sebuah gedung kebaktian didirikan dengan amat sederhana beberapa bulan kemudian. Dari permulaan yang sederhana ini, kita dapat melihat perkembangan yang pesat dari Bala Keselamatan dewasa ini.
Dalam bulan September 1895, datanglah bantuan beberapa orang opsir dari Inggris dan pada akhir tahun itu juga – pekerjaan Bala Keselamatan dimulai di Semarang. Pada tahun 1899 tercatat sebanyak 15 opsir. Pada tahun 1900 dimulailah penerbitan pertama majalah resmi Bala Keselamatan yang diberi nama “Kabar Selamat” dengan tiga halaman berbahasa Melayu dan satu halaman berbahasa Belanda. Pekerjaan yang makin meluas ini memerlukan tenaga-tenaga dari penduduk pribumi. Oleh karena itu diadakan suatu kursus yang dimaksudkan untuk melatih serta mendidik pemuda-pemudi bangsa Indonesia untuk menjadi Opsir. Demikianlah Pusat Latihan Bala Keselamatan yang pertama didirikan pada tahun 1903 di Kedung Pani (dekat Semarang).
Selama 7 tahun pekerjaan Bala Keselamatan di Indonesia berada di bawah pengawasan Teritori Australia dan pada masa-masa permulaan banyak Opsir dari Australia dengan sukarela menyumbangkan pikiran mereka demi kelanjutan pekerjaan Bala Keselamatan. Baru pada tahun 1905 dengan diangkatnya Letnan Kolonel P. van Rossum sebagai Komandan Teritorial yang pertama, pulau Jawa (pada waktu itu pekerjaan Bala Keselamatan hanya ada di pulau Jawa) dijadikan Teritori tersendiri. Sampai sekarang tercatat 21 orang Komandan Teritorial yang memimpin Teritori Indonesia, diantaranya:
1. Letnan Kolonel P. van Rossum 1905 - 1909
2. Letnan Kolonel G.J. Govaars 1909 - 1912
3. Letnan Kolonel J.W. De Groot 1912 - 1916
4. Kolonel J. Gunnning Ham 1916 - 1922
5. Kolonel M. J. Vans De Warken 1922 - 1926
6. Komisioner W. Plastor 1926 - 1931
7. Komisoner J.W. De Groot 1931 – 1938
8. Komisioner A.C. Beek Juis 1938 - 1946
9. Komisioner G. Lebbink 1946 - 1952
10. Komisioner A.T Hlinghes 1952 - 1956
11. Komisioner J.W. Dent 1956 - 1958
12. Koloneel C.W. Widdow Son 1958 - 1960
13. Kolonel A.G. Long 1960 - 1962
14. Kolonel L.C. Rusher 1962 - 1965
15. Komisioner J.A. Corputty 1965 - 1973
16. Komisioner C.Marion 1973 - 1980
17. Kommisioner H. G. Pattipeylohy 1980 - 1987
18. Komissioner L. E Adiwinoto 1987 - 1993
19. Komisioner V. K Tondi 1993 – 1999
20. Komisioner Johannes Watilete 1999 – 2006
21. Komisioner Ribut Basuki Kartodarsono 2006 – saat ini
Pada tahun 1910 tercatat 60 orang opsir; 22 pusat pekerjaan rohani; 5 sekolah; sebuah Pusat Latihan serta 8 pusat pelayanan sosial. Dan pada tahun 1977 tercatat 318 opsir; 241 pusat pekerjaan rohani; sebuah Pusat Latihan; 88 sekolah 15 pusat pelayanan kesehatan serta 14 pusat pelayanan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar